Tulisan Terbaru



               Suatu siang hati saya sangat kacau. begitu banyak persoalan yang mengusik ketenangan saya. Jika sebelumnya saya selalu bisa menghadapi setiap persoalan dengan tenang, kali ini tidak. Saya hampir putus asa dan pasrah dengan keadaan. Penghiburan dari berbagai penjuru dunia sepertinya terpental terbakar di atmosphere hati saya dan hanya sekeping yang dapat sampai di sana.
Dalam keadaan demikian, saya teringat pada lagu ONE DAY AT A TIME. Saya mendengarkan lagu ini beberapa waktu sebelumnya di sebuah program radio. Segera saya memutarkan kembali lagu ini dan perlahan hati ini dilingkupi kedamaian.
One day at a time sweet Jesus, 
That's all I'm asking from you.
Just give me the strength,
To do everyday what I have to do. 
Yesterday's gone sweet Jesus. 
And tomorrow may never be mine.
 Lord help me today, show me the way.
One day at a time.
Terjemahan bebasnya kira-kira:
Sehari demi sehari Ya Tuhan Yesus yang kucinta,
Itu saja yang ku minta dari Mu.
Beri aku kekuatan, untuk melakukan kegiatan keseharian ku. 
Kemarin telah berlalu ya Yesus yang termanis. 
Dan esok mungkin tidak pernah ku lalui. 
Tuhan bantulah aku hari ini, tunjukkan aku jalan-Mu. Sehari demi sehari. 

Hidup itu perlu terusik, terusik berarti ada pengusik. Tanpa terusik, tak ada getaran, tak ada gelombang. Semakin besar usikan, begitu pula getarannya. 
Bukankah laut yang bergelombang adalah sesuatu yang menarik? Hiduppun tak selamanya tenang. Pasti akan ada gelombang yang menyapa. Meski demikian, dengan berserah kepada Tuhan, kita akan mendapatkan kekuatan. Terlalu mengkhawatirkan hari esok dapat merenggut keebahagiaan kita hari ini, padahal hari esok belum tentu bisa kita kecap. 
Tuhan bantulah aku hari ini, tunjukkan aku jalan-Mu. Sehari demi sehari.



Inilah cerita tentang asal-usul komodo.
Juli, 2015, saya berpetualang ke beberapa tempat bersama adik saya Yani Jehamat. Kami mengunjungi desa Rentung dan juga desa Lale- Lembor.
Di desa Rentung, kami melihat secara langsung keunikan bentuk sawah orang Manggarai yang menyerupai sarang laba-laba.
setelah puas menikmati keunikan desa ini, kami melanjutkan petualangan kami ke desa Lale-Lembor.

Suatu malam di desa Lale-Lembor, kami disuguhi aneka cerita tentang Manggarai mulai dari tempat-tempat wisata hingga ritual adat. Cerita yang paling menarik adalah cerita tentang asal-usul komodo,dan Istana Ular. Nenek Matheus dan Bapa Ponsi, dengan penuh semangat menuturkan kisah-kisah tersebut kepada kami.
Saya ceritakan dulu tentang Komodo ya.
Dahulu kala di pulau Rinca, hiduplah sepasang suami istri yang kurang harmonis. Keluarga ini sering dilanda pertikaian. Pada saat sang istri mengandung, si suami tidak pernah memberikan perhatian dan kasih sayang kepada sang istri. Ketika sang istri melahirkan, alangkah terkejutnya mereka karena si istri melahirkan sepasang kembar yang aneh. Satunya manusia, satunya lagi seperti buaya. Karena malu, mereka membuang si buaya ke laut. Sebelum dibuang ke laut, ibu si buaya melilitkan sepotong selendang songke ke leher buaya sebagai tanda bahwa buaya itu buaya istimewa. dengan berlinang air mata, si ibu melepas kepergian anaknya itu.
Bertahun-tahun berlalu, si buaya dan anak manusia itu tumbuh dewasa.

si anak manusia sangat terkenal karena kepiawaiannya dalam bermain caci (tarian adat masyarakat Manggarai). dia tak pernah kalah dan tubuhnya belum pernah terluka. Hingga suatu ketika, di kampung tersebut diadakan pesta adat dan ada tarian caci.si komodo hadir di desa itu namun wujudnya bukan lagi seekor buaya melainkan menjadi manusia. ia berhasil mengalahkan si anak manusia, saudaranya itu. kekalahan si anak manusia menjadi bertita tersohor di kampung tersebut dan misteri pria yang mengalahkannya mengundang rasa penasaran warga.

berita ini pun sampai ke telinga sang ibu. dia sangat penasaran dengan sosok pria yang berhasil mengalahkan putranya. bersama warga lainnya, si ibu pergi menemui si pria misterius yang sedang berada di rumah ketua adat. alangkah terkejutnya sang ibu ketika melihat pria dengan selendang songke di lehernya dan secara spontan dia berteriak "anak daku". semua orang terkejut dan seketika itu juga pria misterius itu menghilang dari antara orang banyak dan kembali berubah wujud menjadi seekor komodo.

komodo tersebut kemudian bermigrasi ke pulau Komodo. konon, ada yang memiliki 5 jari, ada pula yang memiliki 4 jari. yang memiliki lima jari dipercaya sebagai keturunan manusia, yang dalam bahasa daerah setempat dinamakan ora, sedangkan yang hanya memiliki 4 jari adalah komodo asli.

itu dia cerita singkat tentang asal-usul komodo.   
 Cerita-cerita lainnya akan menyusul. semoga bermanfaat.



"Ayah, bolehkah aku menonton film kesukaanku?", pinta Lalong pada ayahnya. 
"Ayah nonton berita dulu ya nana," jawab om Lipus, ayah Lalong sambil matanya tak berpaling dari layar kaca.
 "Tapi kita kan sudah buat perjanjian kalau sekarang saatnya saya menonton," bantah Lalong. Om Lipus hanya diam, tak menyahut lagi kepada Lalong. Ada kekesalan di wajah anak berusia 7 tahun itu, ada air mata yang hendak tumpah, namun ia masih bisa menahannya karena malu padaku. Ia tidak mau bicara lagi. suasana pun hening. aku hanya diam.

 Berita terbaru tentang Konflik Isreael vs Palestina di Jalur Gaza yang memasuki hari kedelapan menyebutkan bahwa jumlah korban tewas sampai saat ini, sudah mencapai 186 orang, Jumlah ini melebihi jumlah korban tewas dalam konflik antara Israel dan Hamas yang terjadi pada November 2012 lalu. Dalam dua serangan terpisah yang terjadi pada Senin (14/7) malam, dilaporkan 5 warga Palestina tewas. Juru bicara dinas urusan darurat Gaza, Ashraf al-Qudra menuturkan, serangan udara di Rafah, Gaza bagian selatan menewaskan 3 orang, termasuk seorang anak. ( ada video bagaimana rudal-rudal Israel menghantam pertahanan Hamas dan merobohkan banyak bangunan di seputaran Gaza. juga, ada tangisan yang menyayat hati dari para korban perang). 

Kami larut dalam berita itu dan juga pikiran masing-masing. suasana mencair saat Lalong berkomentar, "aduh,,, kasian sekali orang-orang itu." Air matanya kini tumpah, dia menangis. namun ia segera menghapus air matanya agar tak terlihat oleh aku dan ayahnya. Sayangnya, dia tak menyadari kalau aku telah memperhatikannya saat ia menangis. mungkin air mata itu perpaduan antara rasa kesalnya terhadap sang ayah juga air mata duka untuk korban perang. 
 "kaka ni, apa itu rudal?", tanyanya padaku. Aku terkejut mendengar pertanyaan Lalong. 
oh,,, rudal,,,. mmm,,,, aku mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan kepada lalong tentang rudal. 
"rudal itu seperti senjata, itu loh yang sering kamu main sama teman-teman kamu itu. 
"main perang-perangan ya ka?", tanyanya lagi. 
"ia nana,,, senjata yang seperti itu." jawabku seadanya. 
"ka,,, kalau peluru benaran, orang-orang bisa mati kan?" 
 "ia lalong. seperti yang kita lihat di berita tadi. jadi nonton berita itu penting juga." 

 berita pun usai. om Lipus lalu memberikan remote kepada Lalong. "sekarang nana boleh nonton, maaf ya tadi ayah melanggar kesepakatan." 
"aku tak mau nonton lagi ayah, aku dan kaka ni mau buat rudal untuk Israel", jawabnya dengan polos. 
"oiii,,,, hebat e kamu dua. memangnya bisakah?" ledek om Lipus sambil tersenyum. 
Bisa e,,, rudal itu kan senjata toh, jadi kami mau buat senjata. 
"hahahaha,,,, om Lipus hanya tertawa. "kenapa ayah tertawa? mama sering bilang senjata kita adalah doa. nah, karena itu rudal kita adalah doa. jawaban anak itu sempat membuatku terhenyak,,,. 
oh,,, betapa pintarnya dia, bisa berpikir sejauh itu. 
tanta memang sering bilang kepadaku, enu senjata kita adalah doa. rupanya Lalong merekam dengan baik apa yang pernah didengarnya. 

 kami berdoa bersama secara singkat. 
Tuhan,,,tolonglah dunia ini
 kirimkan satu rudal perdamaian untuk Israel dan Palestina 
agar mereka tidak berperang lagi.
 biarkan damai ada di dunia ini.

  •  amin.