PELITA DARI TIMOR

Leave a Comment

Molas di Kupang NTT


Sekolah Pelita Hati, berdiri kokoh di tengah-tengah kawasan perumahan Baumata. Bangunan berlantai tiga ini akan sangat jelas terlihat dari bandara Eltari Kupang. Di tengah kegersangan kota karang, ia tampak megah dan anggun.
 
Dua tahun lalu tepatnya tanggal 2Juli 2011, Sekolah Pelita Hati resmi memulai fungsinya sebagai sekolah setelah diresmikan oleh gubernur NTT,Frans Leburaya dan dihadiri oleh lebih dari seribu undangan. Peresmian gedung sekolah Pelita Hati ini berlangsung sungguh meriah. Diawali dengan natoni yang dibawakan oleh beberapa tokoh adat, dilanjutkan dengan persembahan tarian dari suku helong, suku asli Kupang, lalu pelepasan burung tekukur. Benar-benar seperti pesta rakyat.

Saat itu, kami para guru mendapat aneka tugas, ada yang sebagai penerima tamu, ada yang di bagian acara, dan ada yang di bagian konsumsi. Aku dan beberapa teman mendapat tugas di bagian konsumsi. Tugas kami amatlah mudah yaitu melayani para tamu di meja makan. Pada waktu itulah, aku bersalaman secara langsung dengan Pak Gubernur dan tidak hanya itu, pimpinan saya Bpk. Aleks Foenay juga memperkenalkan saya kepada pa Gubernur.

"Ini enu dari Manggarai, dia guru fisika", begitulah Pa Aleks memperkenalkan aku kepada Pa Frans, yang dibalas dengan senyuman ramah dan jabatan tangan yang begitu hangat. Aku hanya tersipu malu, mendadak wajahku terasa panas."enu e..." kata itu akhirnya membuat suasana jadi normal kembali, aku menyerahkan sebuah piring dan senduk kepada Pa Gubernur beserta jajarannya. Heehehe....

Rasanya sungguh bahagia, bisa bertemu dengan orang nomor satu di NTT dalam suasana yang begitu akrab. Untung aku jadi pelayan malam itu.

Sebagai acara penutup, kami menari bersama. Kami menarikan beberapa tarian daerah yang sangat terkenal yaitu "munijo, ikimea, dan ja'i". Munijo berasal dari daerah timor sedangkan ikimea dan ja'i berasal dari bajawa-flores. Karena aku suka menari, aku menari sampai acara usai. Wahhh...aku yang pemalu di kampung halaman sendiri, justru berani di kampung orang. Hehehe.... Malam itu, kami semua sangat bersukacita dan sukacita itulah yang kami bawa dalam tugas kami di hari-hari berikutnya.

Tanggal 3 Juli 2011, kami mulai mengikuti aneka pelatihan dan berbagi peran serta tugas. Dari 16 orang guru, yang telah menikah hanya tiga orang, sedangkan yang lainnya masih single. Umur kami juga rata-rata sama, hanya terpaut satu, dua tahun. Guru-guru muda dengan semangat membara demi menyalakan sebuah pelita.

Kegiatan di SPH, pada umumnya sama seperti di sekolah lain, namun di sekolah ini, saya merasa lebih banyak waktu untuk bisa berekspresi. Teman-teman selalu punya ide kreatif dan kami selalu berusaha untuk mewujudkan ide-ide itu. Kami tidak hanya teman, tapi kami adalah saudara seperti sebuah lirik lagu rohani yang sering kami nyanyikan bersama saat ibadat di pagi hari "kau saudaraku, kau sahabatku... tiada yang dapat memisahkan kita...oohh... kau saudaraku, kau sahabatku... tiada yang dapat memisahkan kita".

Tanggal 2 Juli 2012, ulang tahun pertama SPH. Tak ada kue ulang tahun atau tiupan lilin, yang kami lakukan adalah ibadat bersama sebagai ucapan syukur atas begitu banyak berkat yang telah kami terima selama setahun. Tak ada perayaan, tak berarti sepi. Kami selalu mengubah sepi jadi suasana yang ceria. SPH selalu punya cerita.

Setahun berikutnya, ada sebuah gebrakan baru. Kami menyelenggarakan Turnamen Sepak Bola Mini Sekolah Pelita Hati dalam rangka menyambut hari jadi SPH yang kedua. Sesuatu yang luar biasa. Dengan keterbatasan yang ada, kami berusaha keras, mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran agar kegiatan ini berjalan sukses. Setelah berjuang selama satu bulan, kegiatan ini pun sukses dilaksanakan.

Sebanyak enam belas klub sepak bola berpartisipasi dalam turnamen ini. Mereka datang dari berbagai wilayah di kota Kupang. Para pemain sepakbola ini pun berusaha memberikan yang terbaik untuk timnnya. Boleh saya katakan bahwa penampilan mereka tidak kala dengan klub-klub sepak bola Eropa. Hehehe....

Tidak hanya para pemain yang semangat, para suporterpun sangat antusias, bahkan komentatornyapun sangat gila. Hahaa.... Saat itu, tepatnya di final, miss Lia dan saya berkesempatan jadi komentator. Kolaborasi kami sangat seru karena kami sama-sama gokil. Lebih menarik lagi karena ada kuisnya dan juga hadiah menarik yang diperebutkan oleh para penonton.

Sekolah Pelita Hati kini berulangtahun yang ketiga. Masih balita namun cahayanya sudah menyinari seluruh daerah di sekitarnya. Kelak, SPH tak hanya bercahaya di sana tapi juga cahaya itu bisa sampai ke sini.

0 komentar:

Posting Komentar